Sawahlunto – Wamentrans Viva Semangat Baru Sebanyak 300 calon transmigran dari berbagai daerah di Indonesia tengah menjalani masa pelatihan khusus yang tak biasa. Bukan hanya pelatihan pertanian atau kewirausahaan seperti umumnya, mereka juga ditempa lewat Latihan Dasar Militer (Latsarmil) — sebuah program yang menanamkan disiplin, jiwa korsa, dan mental tangguh sebelum dikirim ke daerah transmigrasi baru.
Wamentrans Dalam momen istimewa itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamentrans), Paiman Raharjo, turut hadir dan memberikan motivasi langsung. Kehadirannya memberi energi baru bagi peserta — serta menandai arah baru program transmigrasi di Indonesia.
Baca Juga : Penilaian Nagari / Desa / Kelurahan Bersih 2025
Mengenal Latsarmil: Lebih dari Sekadar Baris-Berbaris
Latsarmil yang diikuti 300 transmigran ini bukan bertujuan militerisasi warga, melainkan sebagai pembekalan karakter dan mentalitas. Pelatihan dilakukan bekerja sama dengan TNI, dan berlangsung selama beberapa minggu di pusat pelatihan militer.
Materinya meliputi:
-
Wawasan kebangsaan dan cinta tanah air
-
Disiplin, tanggung jawab, dan kepemimpinan
-
Keterampilan dasar bertahan hidup di lingkungan baru
-
Kesiapsiagaan menghadapi tantangan sosial dan alam
Latsarmil menjadi fondasi penting agar para transmigran tidak hanya mampu bertani atau berdagang, tetapi juga kuat secara fisik dan mental menghadapi kehidupan baru yang tak selalu mudah di daerah transmigrasi.
Viva Semangat Transmigran: Pesan Hangat dari Wamentrans
Dalam pidatonya yang penuh semangat, Wamentrans Paiman Raharjo menyampaikan apresiasi luar biasa kepada para peserta. Ia menyebut mereka sebagai “pahlawan pembangunan zaman ini”, karena rela meninggalkan kampung halaman demi membangun masa depan di tanah baru.
Siapa Mereka, Para Calon Transmigran Ini?
Peserta Latsarmil datang dari berbagai provinsi seperti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Barat. Mereka akan ditempatkan di lokasi transmigrasi baru yang tersebar di wilayah Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sebagian besar berasal dari latar belakang petani, buruh, dan pekerja informal. Namun ada pula generasi muda yang ingin membangun kehidupan lebih mandiri dan berkelanjutan, jauh dari hiruk-pikuk kota.
