Sawahlunto – Semeru Kembali Erupsi menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Pada Selasa dini hari, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi dan meluncurkan guguran lava pijar sejauh dua kilometer ke arah tenggara. Letusan ini menambah daftar panjang aktivitas Semeru yang terus dipantau ketat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu pekat dengan intensitas sedang dan condong ke arah barat daya. “Lava pijar meluncur sejauh dua kilometer dari puncak, terutama ke arah Besuk Kobokan,” jelas petugas pos pengamatan, Selasa (28/10).
Baca Juga : Harga Kulkas Side by Side Polytron Jadi Segini di Transmart Full Day Sale
PVMBG masih menetapkan status Gunung Semeru di Level III (Siaga). Dalam level ini, warga dilarang melakukan aktivitas di radius 5 kilometer dari kawah Jonggring Seloko dan sejauh 13 kilometer di sektor tenggara sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak. “Kami imbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, dan selalu mengikuti arahan petugas di lapangan,” ujar Kepala PVMBG, Dr. Hendra Gunawan.
Tim gabungan dari BPBD Lumajang, TNI, dan Polri sudah dikerahkan ke lapangan untuk memastikan kesiapan jalur evakuasi dan menyiapkan titik kumpul bagi warga. Sejumlah relawan juga mulai memantau aliran sungai yang berpotensi menjadi jalur lahar, terutama di sekitar Curah Kobokan yang kerap menjadi langganan material vulkanik.
Bagi warga, pemandangan Semeru yang menyala merah di malam hari menjadi tanda bahaya sekaligus peringatan alam. “Kami sudah terbiasa waspada. Kalau lava sudah terlihat dari kejauhan, itu artinya kami harus siap,” kata Rudi, warga Desa Supit Urang.
Erupsi ini menjadi pengingat bahwa Semeru masih aktif dan berpotensi memuntahkan material panas kapan saja.
Sementara itu, arus lava pijar yang mengalir menimbulkan pemandangan dramatis di tengah malam. Warna merah menyala berpadu dengan langit gelap menciptakan suasana menegangkan sekaligus memukau. Namun di balik keindahan itu, tersimpan ancaman nyata yang membuat warga di lereng gunung terus berjaga sepanjang malam.
Pemerintah daerah bersama relawan kini fokus pada langkah-langkah mitigasi. Selain menyiapkan tempat pengungsian, mereka juga memastikan distribusi logistik berjalan lancar.
Dalam dua tahun terakhir, gunung ini kerap mengalami erupsi dengan intensitas sedang hingga tinggi. Letusan besar terakhir terjadi pada akhir 2021 yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan cukup luas di Kabupaten Lumajang.
Namun mereka tetap tegar, terbiasa hidup berdampingan dengan gunung yang mereka anggap sebagai bagian dari kehidupan dan budaya.
