Sawahlunto – Neraca Dagang RI Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus signifikan pada bulan terakhir, yakni sebesar USD4,17 miliar.
Angka surplus ini menunjukkan kinerja perdagangan yang tetap positif di tengah dinamika ekonomi global yang masih penuh tantangan.
Surplus ini diperoleh berkat kontribusi utama dari sektor ekspor nonmigas yang mencatatkan pertumbuhan stabil.
Data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor nonmigas mencapai angka yang cukup tinggi, meskipun harga komoditas global cenderung fluktuatif.
Komoditas unggulan seperti bahan bakar nabati, logam mulia, dan produk pertanian menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan ekspor tersebut.
Baca Juga : Pickup masuk sungai di Serang, satu orang tewas dan 12 selamat
Peningkatan permintaan dari negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat juga menjadi faktor pendukung.
Di sisi lain, impor Indonesia tercatat mengalami sedikit penurunan, terutama pada impor barang konsumsi dan bahan baku industri.
Penurunan impor ini secara tidak langsung turut memperbesar selisih antara ekspor dan impor, sehingga berdampak positif pada neraca dagang.
Kinerja surplus ini merupakan yang ke-41 kali berturut-turut sejak Mei 2020, mencerminkan ketahanan sektor perdagangan luar negeri Indonesia.
Menteri Perdagangan menyebut capaian ini sebagai bukti bahwa sektor ekspor masih menjadi penyangga utama ekonomi nasional.
Pemerintah pun mengapresiasi pelaku usaha dan eksportir yang terus menunjukkan daya saing tinggi di pasar global.
Dalam konferensi pers yang digelar hari ini, BPS menyatakan bahwa tren positif ini diharapkan berlanjut hingga akhir tahun.
Sementara itu, ekspor migas justru mengalami penurunan akibat turunnya harga minyak mentah global dan penurunan volume ekspor.
Dengan demikian, ekspor nonmigas menjadi tulang punggung perdagangan luar negeri Indonesia dalam periode ini.
Beberapa sektor industri seperti elektronik, tekstil, dan makanan olahan juga mencatatkan pertumbuhan ekspor yang menjanjikan.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian terus mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor.
Salah satu contoh sukses hilirisasi adalah peningkatan ekspor nikel dalam bentuk produk setengah jadi seperti feronikel.
Di sisi lain, BPS mencatat bahwa sektor impor bahan baku dan penolong masih mendominasi struktur impor Indonesia.
