Sawahlunto – Singapura Mulai Ditinggalkan Selama bertahun-tahun, Singapura dikenal sebagai magnet bagi para miliarder asal Tiongkok yang ingin menyimpan kekayaan atau menetap di luar negeri.
Kota-kota mewah seperti Marina Bay, Orchard Road, hingga kawasan Sentosa dipenuhi dengan properti kelas atas yang sebagian besar dimiliki oleh “Crazy Rich” dari China.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren ini mulai berubah drastis
Baca Juga : Mutasi Polri Ramdani Hidayat Dankorbrimob, Yuda Gustawan Kabaintelkam
Data terbaru menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah investor dan pembeli properti asal Tiongkok di Singapura.
Banyak ini pengusaha kaya dan keluarga elit dari China kini mulai mengalihkan tujuan migrasi dan investasi mereka ke negara lain.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa yang membuat para Crazy Rich China mulai meninggalkan Singapura?
Salah satu faktor utamanya adalah meningkatnya regulasi dan pengawasan pemerintah Singapura terhadap aliran dana asing.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat aturan anti pencucian uang setelah skandal dana gelap senilai miliaran dolar terkuak tahun lalu.
Beberapa orang kaya asal Tiongkok bahkan terseret dalam penyelidikan tersebut, membuat suasana menjadi kurang nyaman bagi investor lain.
Tak hanya itu, Singapura juga menerapkan pajak tambahan yang cukup tinggi untuk pembeli properti asing, mencapai 60% dari nilai transaksi.
Kebijakan ini dinilai terlalu agresif oleh banyak investor China, yang terbiasa mendapatkan keistimewaan di berbagai negara lain.
Selain alasan ekonomi dan kebijakan, faktor geopolitik juga berperan besar.
Ketegangan antara AS dan Tiongkok yang semakin tajam membuat negara-negara sekutu AS, termasuk Singapura, harus mengambil posisi hati-hati.
Dalam beberapa kasus, Singapura tampak lebih condong ke arah blok Barat dalam berbagai forum internasional.
Hal ini membuat sebagian elite Tiongkok merasa Singapura bukan lagi tempat netral yang aman seperti sebelumnya.
Sebagai gantinya, para Crazy Rich China mulai melirik negara-negara lain seperti Uni Emirat Arab, Qatar, bahkan beberapa negara Eropa Timur.
Dubai, misalnya, menawarkan kebijakan pajak rendah, properti mewah, dan sistem keuangan
