Shoppe Mall Shoppe Mall Shoppe Mall

Portmeirion, Desa Ala Italia yang Ternyata Ada di Wales!

Shoppe Mall

Portmeirion: Desa Cantik ala Italia yang Menyatu dengan Sejarah dan Keindahan Alam Wales

iNews Sawahlunto- Portmeirion adalah hasil dari visi satu orang, seorang arsitek eksentrik bernama Sir Clough Williams-Ellis, yang menciptakan tempat ini dari tanah kosong, dengan semangat seni, keindahan, dan harmoni terhadap alam.

Portmeirion, Desa Ala Italia yang Ternyata Ada di Wales!
Portmeirion, Desa Ala Italia yang Ternyata Ada di Wales!

Baca Juga: Wedgwood & Darwin: Keluarga Pencetus Revolusi Ilmiah dan Sosial Inggris

Shoppe Mall

Awal Mula: Impian Seorang Arsitek

Cerita Portmeirion dimulai pada tahun 1925, ketika Clough Williams-Ellis membeli sebuah lahan tua dan semi-terbengkalai bernama Aber Iâ, yang terletak di Semenanjung Dwyryd, Gwynedd, Wales Utara. Ia memiliki impian yang tidak biasa: membangun desa yang terinspirasi oleh arsitektur Mediterania, terutama Italia, tetapi tetap menyatu dengan lanskap alam Wales yang indah.

Clough ingin membuktikan bahwa arsitektur yang indah bisa dibangun tanpa merusak lingkungan, bahkan bisa memperindahnya. Dengan semangat pelestarian dan kreativitas tinggi, ia pun mulai membangun Portmeirion secara bertahap selama lebih dari 50 tahun.


Desa Buatan yang Penuh Karakter

Sejak awal, Portmeirion dirancang bukan hanya sebagai desa tempat tinggal, tetapi sebagai karya seni dalam bentuk ruang hidup. Bangunan-bangunannya penuh warna—merah muda, kuning, biru laut—dengan menara lonceng, paviliun kecil, jendela melengkung, serta taman-taman berpola simetris.

Meski banyak orang menganggap Portmeirion terinspirasi oleh desa Portofino di Italia, Clough tidak pernah mengonfirmasi satu inspirasi tunggal. Ia justru menekankan bahwa Portmeirion adalah “homage, not imitation”—sebuah penghormatan, bukan tiruan.

Lebih menarik lagi, Clough menggunakan bahan-bahan bekas dan bangunan tua dari seluruh Inggris untuk menciptakan beberapa bagian desa ini. Ia memindahkan fasad dan struktur bangunan dari situs yang akan dihancurkan, lalu merakitnya kembali di Portmeirion. Hal ini menjadikan desa ini seperti museum arsitektur hidup.


Dari Desa Eksentrik ke Ikon Budaya Pop

Selama dekade 1960-an, Portmeirion mulai dikenal secara luas, terutama setelah menjadi lokasi syuting serial TV Inggris “The Prisoner” (1967), yang menambah citra desa ini sebagai tempat yang misterius dan surealis.

Banyak seniman, penulis, dan musisi terinspirasi oleh atmosfer Portmeirion. Tokoh seperti George Bernard Shaw, H.G. Wells, dan The Beatles pernah mengunjungi atau terlibat dalam kegiatan di desa ini. Tak sedikit pula yang menjadikan Portmeirion sebagai tempat tinggal atau pelarian kreatif.


Pelestarian dan Warisan Abadi

Clough Williams-Ellis terus mengembangkan dan merawat Portmeirion hingga akhir hayatnya. Ia wafat pada tahun 1978, dan makamnya terletak tak jauh dari desa yang ia ciptakan.

Sejak itu, pengelolaan Portmeirion beralih ke Portmeirion Village Ltd, sebuah organisasi independen yang bertugas merawat dan mengoperasikan desa ini sebagai tempat wisata, hotel, dan cagar budaya. Portmeirion kini memiliki hotel mewah, kafe, galeri seni, dan taman tropis yang terbuka untuk umum.

Pengunjung dapat menginap di vila-vila bersejarah atau sekadar berjalan-jalan menikmati arsitektur eksentrik yang menyatu dengan alam liar sekitarnya. Banyak acara budaya dan festival juga digelar di sini, termasuk Festival Musik Festival No.6, yang menarik ribuan pengunjung sebelum dihentikan pada 2018.


Desa yang Menjadi Simbol Arsitektur dan Lingkungan

Lebih dari sekadar desa cantik, Portmeiirion adalah simbol dari kemungkinan harmonisasi antara seni, manusia, dan alam. Clough Williams-Ellis membuktikan bahwa pembangunan tidak harus merusak, tetapi justru bisa memperkuat keindahan alami suatu tempat.

Prinsip-prinsip desainnya kini dianggap sebagai pelopor dalam arsitektur berkelanjutan, jauh sebelum istilah itu populer. Banyak arsitek dan perencana kota modern menjadikan Porrtmeirion sebagai referensi estetika dan etika pembangunan.


Kesimpulan

Portmeirion bukan desa biasa. Ia adalah hasil dari mimpi panjang, kerja keras, dan keyakinan seorang arsitek bahwa keindahan bisa diciptakan tanpa meninggalkan nilai. Hari ini, siapa pun bisa berjalan di antara jalan setapaknya, menyentuh dinding-dinding berwarna lembutnya, dan merasakan suasana unik yang sulit ditemukan di tempat lain.

Dalam dunia yang sering mengejar efisiensi dan keseragaman, Portmerion hadir sebagai pengingat bahwa eksentrisitas, cinta pada detail, dan penghargaan terhadap lingkungan bisa melahirkan mahakarya abadi.

Shoppe Mall